Kangen Rumah
Aku anak kecil yang cukup dimanja oleh kedua orang
tuaku. Tak ada omelan yang menghampiri. Di kota Jogkarta ini, aku mulai dengan
lembaran baru. Adaptasi dengan lingkungan yang berbeda sebelumnya. Di kota
inilah aku menggantungkan secercah harapan ku dan orang tua ku. Menuntut ilmu
pengetahuan demi masa depan kelak. Hidup mandiri dan jauh dari orang tua
terkadang terasa kesepian di jiwa. Tawa canda serta nasihat mereka
teringang-ngiang di telinga ku sebagai pemacu semangatku. Aku di sini untuk
mereka dan akan kembali ke sana juga demi mereka.
Awal pertama memulai kegiatan kuliah
Di saat rasa kangen itu mulai muncul, biasanya
kulepaskan dengan bercanda ria bersama temanku untuk sedikit melepas beban di
dada. Temanku adalah keluarga ku di sini. Mereka yang ada dan menasehati ku
jika aku mulai bertindak salah. Namun jika rasa kangen itu sudah memuncak dan
tak bisa di bendung lagi, aku pun akan segera pulang ke rumah. Bergegas segera
kutata isi tasku dan berbenah diri untuk segera berangkat pulang. Ku ambil
jaket dan ku pacu sepeda motorku untuk segera sampai ke rumah. Riuh rendah
jalanan menemaniku pulang ke rumah.
Gerombolan burung-burung mengiringi kepulangan ku ke
rumah tercinta. Aku tersenyum simpul sambil mengayunkan langkah memasuki rumah.
Hembusan angin sore yang menerpaku membuat hidung ini terasa gatal. Namun
senyuman hangat dari keluarga membuatku nyaman dan merasa tenang. Segera ku
raih tangan ibunda ku tuk mengucapkan salam. Beliau langsung menanyakan keadaan
ku dan bagaimana kabarku. Tak lama datang lah adikku dengan sikap manjanya.
Wajarlah karena dia anak bungsu jadi identik dengan kemanjaan. Ayahku pun
memberiku senyuman ketika bangun tidur setelah bekerja keras seharian.
Karena hari sudah beranjak sore, aku
mengajak adik ku menikmati pemandangan langit sore. Pesona matahari terbenam yang menampakkan keindahannya menemaniku
mendengarkan celotehan ria adikku. Salah satu dari banyak hal yang kurindukan
dari keluarga ku. Di temani dengan riuh rendah anak-anak kecil yang hilir mudik
sambil bersepeda. Jika sudah berceloteh dengan adikku biasanya suka lupa waktu.
Namun adzan maghrib menghentikan
kami berceloteh ria. Ajakan hangat dari ayah ku untuk sholat berjamaah langsung
kami laksanakan. Setelah itupun di lanjutkan dengan makan malam dan cerita
dengan apa yang terjadi selama ini. Apalagi dengan hadirnya aku ke rumah,
mereka segera menanyakan ada pengalaman apa saja yang terjadi. Terkadang aku
dan adikku bertengkar hanya gara-gara hal sepele. Namun begitulah kami, kata
ibu dan ayahku “kalian ini kalau jauh dikangenin tapi kalau deket malah
berantem”. Kami pun hanya cekikikan. Biasanya langsung kuulurkan tangan ku pada
adikku untuk minta maaf. Namun biasanya hanya mendapat sapuan angin dari
adikku, langsung saja kukejar adikku. Jika sudah tertangkap langsung aku
gelitik pinggangnya. Dan biasanya di langsung balik meminta maaf
Tak lama berselang, pancaran sinar
rembulan dan indahnya gemerlap bintang mulai menghiasi angkasa. Keindahan malam
itu menghantarkan aku tidur. Aku pun segera beranjak ke kamar tidur untuk
memulai tidur ku. Kamar yang selalu kurindukan selama aku menuntut ilmu di
sana. Adikku yang manja biasanya selalu ingin tidur bersamaku sambil
cerita-cerita tentang apa yang terjadi.
Keesokan paginya, biasanya aku di ajak
adikku dan temannya untuk bersepeda pagi sambil menikmati hembusan angin pagi
yang cukup dingin. Terkadang berhenti sejenak sambil mengatur nafas dan
melanjutkan perjalanannya. Ketika kami pulang, biasanya di rumah sudah
disiapkan sarapan. Setelah sarapan biasanya adikku segera pergi maen dan aku
membantu ibu ku. Kehangatan dari seorang ibu yang kurindukan selama ku jauh.
Ibu ku selalu menuruti keinginan ku ketika aku berada di rumah. Kadang ayahku
menyapaku dengan senyuman khas nya yang menetramkan hatiku. Ayah yang selalu ku
banggakan, karena beliau teladan hidupku. Beliau yang bekerja keras demi
kebahagiaan aku dan adikku. Kadang ada rasa sesak di dada ketika aku belum bisa
membahagiakan mereka.
Ketika aku harus segera kembali ke
kota Jogjakarta untuk kembali menuntut ilmu , ada sedikit rasa sedih di dada
saat aku harus pergi. Tak ingin pergi dari mereka, namun itu harus kulakukan
demi mereka dan demi diriku juga. Tawa canda, perkataan dan nasehat mereka akan
terus kusimpan di dada. Itu lah yang aku rindukan dari keluarga ku ………
Komentar
Posting Komentar