Fungsi Proses Pembubuhan Afiks dan Pengulangan






1.      FUNGSI DAN MAKNA
Kata makan dan minum termasuk golongan kata verbal. Setelah mendapat afiks –an menjadi makanan dan minuman. Maka dapat dikatakan disini bahwa afiks –an berfungsi mengubah kata verbal menjadi kata nominal atau dengan kata lain berfungsi sebagai pembentuk kata nominal. Selain itu kata gunung yang mendapatkan afiks meN- menjadi menggunung, dalam hal ini afiks meN- disini berfungsi sebagai pembentuk kata verbal. Kata beli yang mendapat afiks peN – an menjadi pembelian, dalam hal ini afiks peN – an berfungsi sebagai pembentuk kata nominal.
Demikianlah proses morfologik itu mempunyai fungsi gramatik, ialah fungsi yang berhubungan dengan ketatabahasaan. Di samping itu, proses morfologik juga mempunyai fungsi semantik. Misalnya kata sepeda. Akibat melekatnya afiks ber- pada kata itu, berubahlah arti leksikalnya menjadi ‘mempunyai atau menggunakan sepeda’. Maka dapatlah dikatakan di sini bahwa afiks ber- mempunyai fungsi semantik menyatakan makna ‘mempunyai atau menggunakan.
Selanjutnya, fungsi gramatik disini disebut dengan istilah fungsi, sedangkan fungsi semantik disebut dengan makna.
2.      AFIKS meN-
Semua kata berafiks meN- termasuk golongan kata verbal. Karena afiks meN- hanya memilik satu fungsi saja, ialah sebagai pembentuk kata verbal. Yang dimaksud kata verbal adalah kata yang pada tataran klausa mempunyai kecenderungan menduduki fungsi predikat, dan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata tidak.
Kata verbal dapat digolongkan menjadi 2 golongan, adalah a) kata kerja dan b) kata sifat. Kata melihat, misalnya, termasuk golongan kata kerja karena kata itu dapat diikuti frase, menjadi melihat dengan sangat jelasnya. Tetapi kata gugup misalnya, tidak dapat diikuti dengan frase dengan sangat ... nya dan karena itu termasuk golongan kata sifat.

Bentuk dasar kata-kata berafiks meN- mungkin berupa pokok kata
Bentuk dasar kata berafiks meN- adalah kata verbal yang termasuk golongan kata sifat
·         Mengambil ß ambil
·         Memukuli ß pukuli
·         Mengalirkan ß alirkan
·         Melebar ß lebar
·         Meluas ß luas
·         Mengecil ß kecil
Yang termasuk golongan kata kerja
Berupa kata nominal
·         Memakan ß makan
·         Mendatang ß datang
·         Menurun ß turun
·         Mambatu ß batu
·         Merokok ß rokok
·         Mengalun ß alun
Kata berafiks meN- yang bentuk dasarnya berupa kata-kata golongan lain

·         Mengaduh ß aduh
·         Menyatu ß satu


Akibat pertemuan afiks meN- dengan bentuk dasarnya, timbullah berbagai makna. Makna yang banyak dijumpai dalam penggunaan bahasa adalah
a.       Apabila bentuk dasarnya berupa pokok kata, afiks meN- menyatakan makna ‘suatu perbuatan yang aktif lagi transitif’, maksudnya perbuatan itu dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subyek dan lagi menuntut adanya obyek. Misalnya terdapat pada kata mengambil, menulis mencetak, meresmikan, membaca dan masih banyak lagi.
b.      Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, afiks meN- menyatakan makna ‘menjadi seperti keadaan yang tersebut pada bentuk dasarnya atau dengan singkat dapat dikatakan menyatakan makna proses. Misalnya pada kata mengecil, mereda, merata, membesar, membusuk dan sebagainya
c.       Apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal, afiks meN- menyatakan berbagai makna. Namun dirangkum dalam satu makna, adalah ‘melakukan tindakan dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya pada kata mengabdi (berlaku sebagai abdi), mendoa (mengucapkan doa), membatu (menjadi seperti batu), menepi (menuju ke tepi), dan masih banyak lagi.
d.      Pada kata mengantuk dan menyendiri, afiks meN- menyatakan makna ‘dalam keadaan’, atau boleh juga dikatakan menyatakan makna statif
3.      AFIKS ber

Bentuk dasar kata berafiks ber- mungkin berupa pokok kata
Mungkin berupa kata sifat
·         Bertemu ß temu
·         Beralih ß alih
·         Bekerja ß kerja
·         Bergembira ß gembira
·         Bersedih ß sedih
·         Berpadu ß padu
Mungkin berupa kata bilangan
Mungkin juga berupa kata nominal
·         Berdua ß dua
·         Berlima ß lima
·         Bertujuh ß tujuh
·         Bertopi ß topi
·         Bersepeda ß sepeda
·         Berkebun ß kebun

Akibat pertemuan afiks ber- dengan bentuk dasarnya, timbullah berbagai makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut
a.       Menyatakan makna suatu perbuatan yang aktif, adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subyek. Makna ini pada umumnya terdapat pada kata berafiks ber- yang bentuk dasarnya berupa pokok kata dan kata kerja, misalnya bersandar, bernyanyi, berlari, berangkat, berjuang dan lain sebagainya.
b.      Pada kata-kata bergembira, berpadu, berbahagia, bersedih adalah pada kata-kata berafiks ber- yang bentuk dasarnya berupa kata sifat, afiks ber- menyatakan makna ‘dalam keadaan atau statif’.
c.       Pada kata-kata berbentuk dasar kata bilangan, afiks ber- menyatakan makna ‘kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar’, kecuali kata bersatu yang menyatakan makna menjadi satu. Misalnya berdua (kumpulan yang terdiri dari dua), berempat (kumpulan yang terdiri dari empat) dan sebagainya.
d.      Apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal, afiks ber-  mempunyai berbagai kemungkinan makna, yang kemudian dirangkum dalam satu makna. Yaitu ‘melakukan perbuatan berhubung dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya berbaju (memakai baju), bertamu (menjadi tamu), berladang (mengusahakan ladang) dan sebagainya.
e.       Selain itu apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal, afiks ber- mungkin juga menyatakan makna ‘mempunyai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya bertiang, bersejarah, berayah, bercabang, berpengetahuan, dan sebagainya.
4.      AFIKS di-
Bentuk dasar kata berafiks di- sebagian besar berupa pokok kata. Kata-kata dikata, disayang, dicintai, sebenarnya berasal dari dikatakan, disayangkan dan dicintai mengingat bentuk aktifnya mengatakan, menyayangi, dan mencintai. Jadi bentuk dasarnya juga berupa pokok kata. Yang bentuk dasarnya tidak berupa pokok kata, misalnya kata-kata dicangkul, digunting, dilawan dan dinilai, berbentuk dasar kata nominal, ialah kata-kata cangkul, gunting, lawan dan nilai.
Afiks di- hanya memiliki satu fungsi, adalah membentuk kata kerja pasif, berbeda dengan afiks meN- yang mempunyai fungsi membentuk kata kerja aktif:
diambil                                    --                      mengambil
diresmikan                   --                      meresmikan
dibangun                     --                      membangun
sedangkan maknanya adalah menyatakan makna ‘suatu perbuatan yang pasif’        
5.      AFIKS ter-
Afiks ter- juga mempunyai fungsi membentuk kata kerja pasif, misalnya pada kata-kata terdengar, tersusun, terbagi, dan sebagainya. Hanya perlu dikemukakan disini bahwa tidak semua kata berafiks ter- termasuk golongan kata kerja pasif, misalnya kata-kata tertidur, tertawa, terbangun, tersenyum. Kata-kata kerja ini termasuk golongan kata kerja intransitif. Ada juga kata berafiks ter- yang mungkin termasuk golongan kata kerja pasif dan mungkin pula termasuk golongan kata kerja intransitif. Dalam kalimat Ahmad terinjak kaca kata kerja terinjak termasuk golongan kata kerja intransitif, sedangkan dalam kalimat Kaca itu terinjak Ahmad merupakan kata kerja pasif.
Di samping itu, ada juga kata berafiks ter- yang termasuk golongan kata sifat, misalnya kata-kata tertinggi, terendah, terbaik, terkecil dan sebagainya.
Dalam hal berfungsi membentuk kata kerja pasif, terdapat perbedaan antara afiks ter- dan afiks di-. Perbedaan itu dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
a.       Pasif ter- sangat tidak mementingkan pelaku perbuatan, hingga pada umumnya pelaku perbuatannya tidak disebutkan, berbeda dengan pasif di- yang masih memperhatikan pelaku perbuatan. Dapatlah dikatakan bahwa pelaku perbuatan pada kalimat yang predikatnya terdiri dari kata kerja pasif ter- lebih baik tidak mendapat perhatian, dibandingkan dengan pelaku perbuatan pada kalimat yang predikatnya terdiri dari kata kerja pasif di-. Misalnya:
Itulah sebabnya telah tersusun rencana jangka pendek dan jangka panjang.
Dengan demikian, dua dunia terjembatani.
Bandingkan dengan kalimat:
Hatiku digoda oleh banyak persoalan yang gawat.
Peristiwa semacam ini sungguh perlu dijadikan contoh oleh instansi-instansi pemerintah yang memborongkan proyek.
b.      Pada umumnya, pasif ter- lebih mengemukakan hasil perbuatan, atau lebih mengemukakan aspek perfektif, berbeda dengan pasif di- yang lebih mengemukakan berlakunya perbuatan. Misalnya:
Dalam operasi tersebut ikut terciduk beberapa anak perempuan.
Bandingkan dengan kalimat:
Dalam operasi tersebut ikut diciduk beberapa anak perempuan
c.       Pasif ter- menyatakan ketidak-sengajaan dan ketiba-tibaan, sedangkan pasif di- menyatakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja. Misalnya:
Menurut para wartawab, kira-kira seribu rumah di sekitar jembatan PBB dan sebuah pasar di dekatnya terbakar.
Bandingkan dengan kalimat:
Menurut para wartawan, kira-kira seribu rumah di sekitar jembatan PBB dan sebuah pasar di dekatnya dibakar.
       Pasif ter- menyatakan ‘kemungkinan’, sedangkan pasif di- tidak demikian. Kita bandingkan tak terbaca dengan dibaca, tidak terbawa dengan tidak dibawa, dan masih banyak lagi.
       Akibat pertemuan afiks ter- dengan bentuk dasarnya timbullah berbagai-bagai makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut:
a.       Menyatakan makna ‘aspek perfektif’. Misalnya pada kalimat
      Dengan demikian, kerajaan Mataram yang sudah sangat jauh susutnya kini terbagi menjadi empat buah kerajaan, yakni Yogyakarta, Pakualaman, Surakarta dan Mangkunegaran.
Kata terbagi dalam kalimat di atas berarti ‘sudah dibagi’ atau dengan kata lain, menyatakan ‘aspek perfektif’
b.      Afiks ter- menyatakan makna ‘ketidaksengajaan’. Kalau dibandingkan kata terpijak dalam kalimat Kakiku terpijak teman dengan kata dipijak dalam kalimat Kakiku dipijak teman, akan jelaslah afiks ter- pada terpijak menyatakan ‘ketidaksengajaan’.
c.       Afiks ter- menyatakan makna ‘ketiba-tibaan’. Kita bandingkan kata terbangun pada kalimat Ia terbangun dari tidurnya dengan kata bangun pada kalimat Ia bangun dari tidurnya. Jelaslah bahwa pada kata terbangun terdapat makna ‘tiba-tiba’ yang dinyatakan oleh afiks ter-.   
d.      Afiks ter- menyatakan makna ‘kemungkinan’. Afiks ter- yang menyatakan makna ini pada umumnya didahului kata negatif tidak atau tak. Misalnya tek tercapai, tidak ternilai, tak terkejar, tidak terduga dan masih banyak lagi
e.       Apabila bentuk dasanya berupa kata sifat, afiks ter- menyatakan makna ‘paling’. Misalnya tertinggi, terluas, terlemah, termuda, termalas, dan masih banyak lagi.
Dalam lingkungan pengadilan terdapat istilah berafiks ter- ialah terdakwa, tertuduh, terhukum atau tersangka. Kata-kata itu sebagai istilah di lingkunagn pengadilan termasuk dalam kata nominal.

6.      AFIKS peN-
Kata berafiks peN- termasuk golongan kata nominal. Misalnya kata-kata pembaca, penulis, pengarang, pelaut, pemirsa dan sebagainya.Sebagai kata nominal, kata-kata itu jelas dari kemungkinannya didahului kata negatif bukan dan tidak mungkinnya dinegatifkan dengan kata tidak. Namun demikian, menarik perhatian juga kata-kata itu dapat didahului dengan kata sangat, suatu kata tambahyang selalu terletak di muka kata verbal, teristimewa di muka kata sifat dan tidak pernah terletak di muka kata nominal. Dengan demikian, afiks peN- hanya memiliki satu fungsi, ialah membentuk kata nominal.
Kata berafiks peN- mempunyai pertalian dengan kata berafiks meN-
Ada pula yang berupa kata sifat
·         Pembaca: bertalian dengan membaca
·         Pembela: bertalian dengan pembela
·         Peninju: bertalian dengan peninju
·         Pemalas ß malas
·         Periang ß riang
·         Pemalu ß malu
Kata berafiks peN- mempunyai pertalian dengan kata berafiks meN- dan –kan
Kata berafiks peN- yang bentuk dasarnya berupa kata nominal
·         Penguat: bertalian dengan mengeraskan
·         Perusak: bertalian dengan merusakkan
·         Pengahalus: berkaitan dengan menghaluskan
·         Pelaut ß laut
·         Penyair ß syair
·         Pengusaha ß usaha

Afiks peN- mempunyai berbagai makna yang dapat digolongkan sebagai berikut:
a.       Apabila bentuk dasarnya berupa pokok kata, afiks peN- menyatakan makna ‘ yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’. Dengan kata lain, dapat dikatakan menyatakan makna agentif. Misalnya pembaca, pengarang, pembunuh, penari, pencipta dan masih banyak lagi.
b.      Afiks peN- mungkin juga menyatakan makna ‘ alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada  bentuk dasar’. Misalnya pemotong, pemukul, penjahit, pembasmi, dan sebagainya.
c.       Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, afiks peN- menyatakan makna ‘yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya pemalas, penakut, pemarah, pengasih, pemberani dan masih banyak lagi.
d.      Afiks peN- mungkin juga menyatakan makna ‘yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya pengeras, penguat, pendingin, penyelamat, perusak, dan masih banyak lagi.
e.       Apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal, afiks peN- menyatakan makna ‘yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan berhubung dengan benda yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya penyair (yang pekerjaannya menciptakan syair), pengusaha (yang pekerjaannya menciptakan usaha), dan sebagainya
7.      AFIKS pe-
Afiks pe- kadang-kadang sukar dibedakan dengan afiks peN- karena pada suatu kondisi afiks peN- mungkin kehilangan N- nya, ialah apabila diikuti bentuk dasar yang berfonem awal /l, r, y, w, dan nasal/, misalnya pda kata-kata pelerai, pelukis, peramal, perokok, pewaris. Dalam hal ini dapat dipakai suatu petunjuk bahwa afiks peN- pada umumnya bertalian dengan kata kerja berafiks meN-, sedangkan afiks pe- pada umumnya bertalian dengan kata kerja berafiks ber.
Afiks pe- hanya mempunyai satu fungsi adalah sebagai pembentuk kata nominal, dan pda umumnya menyatakan maksud ‘yang biasa / pekerjannya / gemar melakukan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya pejalan kaki, petani, perenang, pekerja, pelari dan masih banyak lagi.
Pada kata-kata persuruh, petatar, dan petugas afiks pe- menyatakan makna ‘orang yang (pekerjaannya) di ... ‘ dan pada kata petaruh afiks pe- menyatakan makna ‘sesuatu yang di ... (dalam suatu perjudian).


8.      AFIKS per-
Ada dua jenis afiks per-, ialah afiks per- yang berfungsi membentuk kata nominal, dan afiks per- yang tidak berfungsi membentuk kata, melainkan berfungsi membentuk pokok kata. Afiks per- yang berfungsi membentuk kata nominal termasuk afiks yang tidak produktif. Afiks ini hanya terdapat pada kata pelajar dan pertapa.
Bentuk dasar afiks per- yang berfungsi membentuk pokok kata yang mungkin berupa kata sifat
Mungkin juga berupa kata bilangan
·         Perbesar ß besar
·         Perluas ß luas
·         Perjelas ß jelas
·         Persatu ß satu
·         Persepuluh ß sepuluh
·         Pertiga ß tiga
Mungkin juga berupa kata nominal
Mungkin juga berupa pokok kata
·         Perkuda ß kuda
·         Perbudak ß budak
·         Pertuan ß tuan
·         Perebutkan ß rebutkan
·         Perjuangkan ß juangkan
·         Perhitungkan ß hitungkan

Afiks per- hanya mempunyai satu makna, adalah menyatakan kausatif. Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, kausatif itu berarti ‘membuat jadi lebih daripada apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Apabila bentuk dasarnya berupa kata bilangan, kausatif itu berarti ‘membuat jadi apa yang tersebut pada bentuk dasarnya’ dan apabila bentuk dasarnya berupa kata nominal, kausatif itu berarti ‘membuat jadi atau menganggap sebagai yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya perbesar (membuat jadi lebih besar), perdua (membuat jadi dua), dan perkuda (menganggap sebagai kuda).
9.      AFIKS se-
Melekat pada bentuk kata dasar yang berupa kata nominal
Melekat pada bentuk dasar yang berupa kata sifat
Melekat pada golongan kata tambah
·         Setinggi ß tinggi
·         Sehari ß hari
·         Sedunia ß dunia
·         Seluas ß luas
·         Sebaik ß baik
·         Seindah ß indah
·         Sebelum ß belum
·         Sesudah ß sudah
·         Setelah ß telah
 Akibat pertemuannya dengan bentuk dasar, afiks se-  empunyai makna sebagai berikut:
a.       Menyatakan makna ‘satu’. Terdapat pada kata-kata sebulan, semester, sehari, sekarung, sebuah dan masih banyak lagi.
b.      Menyatakan makna ‘seluruh;. Seperti kata-kata seisi rumah, se Jakarta, sedunia dan masih banyak lagi.
c.       Menyatakan makna ‘sama’. Seperti pada kata-kata sepanjang jalan, secara adat, sehebat, sekecil, sepandai dan sebagainya.
d.      Menyatakan makna ‘setelah’. Seperti kata-kata sesampainya, sepulangku, sekembalinya dan sebagainya.
10.  AFIKS ke-
Pada umumnya afiks ke- melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata bilangan, misalnya keempat, kelima dan seterusnya. Ada juga yang melekat pada bentuk dasar yang buka kata bilangan, tetampi jumlahnya sangat terbatas, ialah kehendak, ketua, kekasih dan ketahu. Pada da kata kehendak, ketua dan kekasih, afiks ke- berfungsi membentuk kata nominal, sedangkan pada ketahu afiks ke- berfungsi membentuk pokok kata, yang terdapat pada kata mengetahui, diketahui dan pengetahuan.
Afiks ke- hanya mempunyai du makna yaitu
a.       Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: kedua (orang), ketiga (orang), keempat (orang) dan sebagainya.
b.      Menyatakan urutan. Misalnya pegawai (kedua), meja (keempat), bagian (ketiga) dan masih banyak lagi.
11.  AFIKS para-
Afiks ini selalu melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal insani. Maknanya hanya satu ialah menyatakan makna banyak. Misalnya para pemuda, para siswa, para pejabat dan sebagainya
12.  AFIKS maha-
Afiks ini pada umumnya terdapat pada kata-kata yang menyatakan sifat Allah. Misalnya mmaha pengasih, maha penyayang, maha mengetahui dan sebagainya.
Afiks maha- pada kata-kata itu umumnya menyatakan makna ‘sangat’ atau ‘sifat yang lebih daripada sifat makhluk’.
Di samping itu, ada juga afiks maha- yang terdapat pada kata nominal, ialah mahasiswa, mahadewi, maharesi, maharaja dan mahadewa.
13.  AFIKS –kan
Afiks –kan tidak merupakan simulfiks bersama dengan afiks meN-, di- atau ter-, sekalipun dalam pemakaian bahasa sering bersama-sama dengan afiks itu.

Berupa kata verbal atau kata kerja
Berupa kata sifat
Berupa kata nominal
·         Melarikan ß lari
·         Mendatangkan ß datang
·         Mendudukkan  ß duduk
·         Meluaskan ß luas
·         Membesarkan ß besar
·         Memendekkan ß pendek
·         Mendewakan ß dewa
·         Membudayakan ß budaya
·         Mengurbankan ß kurban
Mungkin berupa kata bilangan
Mungkin juga berupa pokok kata

·         Menyatukan ß satu
·         Menduakan ß dua
·         membacakan ß baca
·         membelikan ß beli

 Akibat pertemuannya dengan bentuk dasarnya, afiks –kan mempunyai beberapa makna yang digolongkan sebagai berikut:
a.       Menyatakan makna ‘benefaktif’, maksudnya perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan untuk orang lain. Misalnya membacakan, membelikan, membawakan, menjahitkan, membuatkan dan sebagainya.
b.      Menyatakan makna ‘kausatif’. Makna ini digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
-          Menyebabkan (...) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya mendudukkan, memberangkatkan, menerbangkan, mengawinkan dan sebagainya
-          Menyebabkan (...) menjadi seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Makna ini timbul sebagai akibat pertemuan afiks –kan dengan bentuk dasar yang berupa kata sifat. Misalnya meluaskan, meninggikan, menguruskan, menenangkan dan masih banyak lagi.
-          Menyebabkan (...) jadi atau menganggap (...) sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya mendewakan, mengurbankan, mengambinghitamkan, dan menganaktirikan.
-          Membawa/ memasukkan (...) ke tempat yang tersebut pada bentu dasar. Misalnya meminggirkan, menyeberangkan, memenjarakan dan masih banyak lagi.


14.  AFIKS –i
Afiks –i tidak berfungsi membentuk kata, melainkan membentuk pokok kata. Dengan tambahan meN-, di-, ter-, atau dengan tambahan ku, ksu dan sebagainya, pokok kata itu menjadi suatu kata.
Bentuk dasarnya berupa kata kerja
Mungkin berupa kata sifat
·         Mendatangi ß datang
·         Menduduki ß duduk
·         Meniduri ß tidur
·         Memanasi ß panas
·         Mengotori ß kotor
·         Menyakiti ß sakit
Mungkin berupa kata nominal
Mungkin juga berupa pokok kata
·         Memagari ß pagar
·         Mengatapi ß atap
·         Menyampuli ß sampul
·         Menulisi ß tulis
·         Mengambili ß ambil
·         Membukai ß buka
Afiks –i mempunyai beberapa makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut
a.       Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang’. Misalnya memukuli, mencabuti, meninjui, mengambili dan mengguntingi. Untuk kata memetiki disebabkan oleh banyak penderita
b.      Menyatakan makna ‘memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar pada ...’. Misalnya mengalasi (meja), memagari (pekarangan), menyampuli (buku), mengatapi (rumah) dan menomori (buku)
c.       Obyeknya menyatakan ‘tempat’. Misalnya menulisi, melempari, meniduri dan menanami
d.      Menyatakan makna ‘kausatif’. Dalam hal ini, makna afiks –i sejajar dengan makna afiks -kan
15.  AFIKS an
Melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata kerja
Melekat pada bentuk dasar yang berupa pokok kata
·         Minuman ß minum
·         Makanan ß makan
·         Masukan ß masuk
·         Timbangan ß timbang
·         Jahitan ß jahit
·         Bacaan ß baca
Melekat pada bentu dasar yang berupa kata nominal
Melekat pada bentuk dasar yang berupa kata bilangan
·         Harian ß hari
·         Bulanan ß bulan
·         Ribuan ß ribu
·         Ratusan ß ratus
Afiks –an hanya mempunyai satu fungsi, adalah sebagai pembentuk kata nominal, sedangkan makna yang dinyatakannya dapat digolongkan sebagai berikut:
a.       Menyatakan ‘sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan yang terbentuk pada bentuk dasar’. Sesuatu itu mungkin merupakan hasil perbuatan, mungkin merupakan alat dan mungkin juga merupakan sesuatu yang biasa dikenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya timbangan, tulisan, cucian, makanan dan garisan
b.      Menyatakan makna ‘tiap-tiap’. Misalnya majalah bulanan, majalah mingguan, catatan harian, tiga bulanan dan sebagainya
c.       Menyatakan makna ‘satuan yang terdiri dari apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Makna ini terdapat pada kata-kata seperti meteran, botolan, ribuan, ratusan, puluhan dan sebagainya
d.      Menyatakan makna ‘beberapa’. Misalnya ribuan penduduk, jutaan orang dan ratusan binatang
e.       Menyatakan makna ‘sekitar’. Misalnya 50an, 30an, 70an, dan sebagainya
16.  AFIKS – wan
Yang melekat pada bentuk dasar yang merupakan kata sifat
Melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal
·         Suka relawan ß suka rela
·         Cendekiawan ß cendikia
·         Negarawan ß negara
·         Usahawan ß usaha
Afiks – wan hanya mempunyai satu fungsi ialah sebagai pembentuk kata nominal. Makna yang dinyatakan sebagai berikut:
a.       Menyatakan ‘orang yang ahli dalam hal yang tersebut pada bentuk dasar, dan tugasnya berhubungan dengan hal yang tersebut pada bentuk dasar’. Makna ini terdapat pada afiks – wan yang melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata nominal. Misalnya negarawan,tatabahasawan dan sejarawan
Pada kata gerilyawan dan olahragawan  afiks – wan menyatakan ‘orang yang ikut serta dalam kegiatan yang tersebut pada bentuk dasarnya’ ialah ‘orang yang bergerilya’ dan ‘orang yang berolah raga’ sedangkan kata gamawan dimaksudkan sebagai sebutan bagi para mahasiswa Gama,
b.      Menyatakan ‘orang yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Makna ini terdapat pada afiks – wan yang melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata sifat. Misalnya sosiawan dan cendikiawan.
17.  AFIKS ke – an
Ada du jenis afiks ke – an. Pertama, afiks ke – an yang berfungsi membentuk kata nominal, misalnya kebaikan, ketulusan, keberangkatan dan lain sebagainya. Dan yang kedua adalah afiks ke – an yang berfungsi membentuk kata verbal, baik yang termasuk golongan kata kerja maupun yang termasuk golongan kata sifat, misalnya kehilangan, kematian, ketahuan dan sebagainya
Akibat pertemuan afiks ke – an dengan bentuk dasarnya timbullah berbagai makna yang dapat digolongkan sebagai berikut:
a.       Menyatakan ‘suatu abstraksi’ atau ‘hal’, baik dari abstraksi dari suatu perbuatan maupun dari suatu sifat atau keadaan.  Misalnya kebaikan, kegembiraan, kepergian, kemalasan dan masih banyak lagi
b.      Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya (masalah) kehewanan, (masalah) kewanitaan, kepemimpinan, keuangan dan sebagainya
c.       Menyatakan makna ‘dapat dikenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’ atau dengan kata lain menyatakan makna ‘dapat di ...’ . misalnya kelihatan, kedengaran, dan ketahuan
d.      Menyatakan makna ‘dalam keadaan tertimpa akibat perbuatan, keadaan, atau hal yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya: kehujanan, kedinginan, kekurangan, kejatuhan, kemalaman dan sebagainya
e.       Menyatakan makna ‘tempat’ atau ‘daerah. Misalnya kelurahan, kecamatan, kesultanan, kedutaan dan sebagainya
18.  AFIKS peN – an
Yang termasuk golongan kata
Yang termasuk golongan kata verbal, baik kata kerja atau kata sifat
Yang termasuk golongan kata nominal
·        Pembacaan ß baca
·        Pembelian ß beli
·        Penulisan ß tulis
·         Pendudukan ß duduk
·         Pemulangan ß pulang
·         Pembulatan ß bulat
·         Penamaan ß nama
·         Pembukuan ß buku
·         Penguangan ß uang
Afiks peN – an hanya memiliki satu fungsi, ialah sebagai pembentuk kata nominal, dan sesungguhnya kata berafiks peN – an itu sebagian besar merupakan hasil normalisasi sari kata berafiks meN-, baik disertai afiks – i  atau – kan, maupun tidak.
Akibat pertemuan afiks peN – an dengan bentuk dasar timbul berbagai makna, yaitu:
a.       Menyatakan makna ‘hal melakukan perbuatan yang tersbut pada kata yang sejalan. Misalnya pembacaan, pembelian, pengedaran, penanaman, pengusiran dan masih banyak lagi.
b.      Kadang-kadang makna ‘hal melakukan perbuatan tersebut pada kata yang sejalan’ itu bergeser menjadi makna ‘cara melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’. Misalnya penyajian, pengaturan, pengiriman dan pengajuan.
c.       Menyatakan makna ‘hasil perbuatan yang tersbut pada kata yang sejalan’, atau dengan kaya lain, menyatakan ‘apa-apa yang di ....’. Misalnya pendapatan, pengetahuan, pengertian dan pemberian
d.      Menyatakan makna ‘alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’. Misalnya pendengaran dan penglihatan
e.       Menyatakan makna ‘tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’. Misalnya pembuangan, pengungsian, pengasingan
19.  AFIKS per – an
Bentuk dasarnya berupa pokok kata
Berupa kata verbal, baik kata kerja
Berupa kata sifat
·         Peralihan ß alih
·         Peredaran ß edar
·         Perdebatan ß debat
·         Perkawinan ß kawin
·         Perpindahan ß pindah
·         Permintaan ß minta
·     Perpanjangan ß panjang
·     Perpaduan ß padu
·     Perluasan ß luas
Berupa kata nominal
Berupa kata bilangan

·         Perapian ß api
·         Perkapalan ß kapal
·         Persyaratan ß syarat
·         Persatuan ß satu
·         Pertigaan ßtiga
·         Perempatan ß empat

Akibat pertemuannya dengan bentuk dasar, afiks per – an menyatakan berbaga-bagai makna:
a.       Menyatakan makna ‘perihal apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya: persajakan, peternakan, perindustrian dan sebagainya
b.      Menyatakan makna ‘hal atau hasil’, ialah hal atau hasil yang melakukan perbuatan tersebut pada kata yang sejalan. Misalnya persahabantan, perkemahan, pernafasan dan sebagainya
c.       Menyatakan makna ‘tempat’, ialah ‘tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan. Misalnya perhentian, pertapaan
d.      Menyatakan makna ‘daerah’, ialah ‘daerah yang berupa atau terdiri dari apa yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya perkotaan, perkampungan, pertokoan
e.       Menyatakan makna ‘berbagai-bagai’. Misalnya pembekalan, persyaratan
20.  AFIKS ber – an
Afiks ber – an  hanya mempunyai satu fungsi, ialah sebagai pembentuk kata kerja
Termasuk golongan pokok kata
Termasuk golongan kata kerja
·         Berkeliaran ß keliar
·         Berpapasan ß papas
·         Berbalasan ß balas
·         Berjatuhan ß jatuh
·         Berlarian ß lari
·         Bermunculan ß muncul
Afiks ber – an mempunyai tiga makna yaitu
a.       Menyatakan makna bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan oleh banyak pelaku. Misalnya berjatuhan, bermunculan, berdatang dan sebagainya
b.      Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar yang dilakukan berulang-ulang’. Misalnya berloncatan, bergulingan, bergoyangan dan sebagainya.
c.       Menyatakan makna ‘saling’. Dalam hal ini afiks ber – an cenderung berkombinasi dengan proses pengulangan. Misalnya bersentuhan, bertabrakan  dan sebagainya
21.  AFIKS se – nya
Pada umumnya afiks  se – nya  berkombinasi dengan proses pengulangan. Misalnya sepenuh-penuhnya, serajin- rajiannya, sekuat-kuatnya, sedapat-dapatnya, secepat-cepatnya, setinggi-tingginya dan sebagainya. Fungsinya hanya satu, ialah membentuk kata keterangan dari kata sifat.
Akibat pertemuannya dengan bentuk dasar afiks  se – nya menyatakan makna ‘tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai’ atau lazim disebut ‘superlatif’. Misalnya sepenuh-penuhnya, sekuat-kuatnya, secepat-cepatnya, sedapat-dapatnya
22.  PROSES PENGULANGAN
Proses pengulangan ada yang berfungsi mengubah golongan kata, ada yang tidak. Proses pengulangan menyatakan beberapa makna
a.       Menyatakan makna ‘banyak’ yang berhubungan dengan kata dasar. Misalnya rumah-rumah, pemimpin-pemimpin, kejahatan-kejahatan
b.      Menyatakan makna ‘banyak’ yang berhubungan dengan kata yang diterangkan
c.       Menyatakan makna ‘tak bersyarat’. Misalnya duri-duri diterjang (meskipun duri diterjang), darah-darah diminum (meskipun darah diminum)
d.      Menyatakan makna ‘yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya kuda-kudaan, ketua-tuaan, rumah-rumahan, anak-anakan
e.       Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersbut pada bentul dasar dilakukan berulang-ulang’. Misalnya memanggil-manggil, memetik-metik, mengangguk-angguk
f.       Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan dengan enaknya, dengan santainya atau dengan senangnya’. Misalnya tidur-tidur, berjalan-jalan, makan-makan, minum-minum
g.      Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk bentuk dasar yang dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai. Dengan kata lain, pengulangan itu menyatakan makna ‘saling. Misalnya pukul-memukul, surat-menyurati, bantu-membantu
h.      Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya cetak-mencetak, jilid-menjilid, masak-memasak
i.        Menyatakan makna ‘agak’. Misalnya kemerah-merahan, kehitam-hitaman, kebiru-biruan
j.        Menyatakan makna ‘tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai’. Misalnya sebaik-baiknya, sekecil-kecilnya, sekuat-kuatnya, serapi-rapinya
k.      Selain dari makna yang tersebut di atas, terdapat juga proses pengulangan yang sebenarnya tidak mengubah arti bentuk dasarnya, melainkan hanya menyatakan intensitas perasaan. Misalnya kata mengharapkan dengan mengharap-harapkan, ,membedakan dengan membeda-bedakan


Komentar

Postingan Populer