Mengenang Sebuah Jarak yang Tak Terlupa




Ketika rintik-rintik hujan ini menemaniku dalam kesendirian siang hari, pikiran ku terkenang tentang kisah cinta 2 tahun lalu. Kisah yang cukup sederhana namun sangat mengena di hati. Yogyakarta memang hidupku sekarang, namun aku tetaplah gadis kecil dari kota sederhana di sebelah kota Yogyakarta yaitu Purworejo. Berjuta kenangan tercipta di kota itu, dan tak terlupakan adalah tentang seseorang yang tinggal di kota Ponorogo sana
***
Saat itu jejaring sosial facebook memang lagi trend di zaman tersebut. Anak muda pun mulai terpengaruh dan mulai bermain dengan facebook. Termasuk saya sendiri. Facebook bagaikan obat penawar kegalauan untuk hatiku yang ketika itu sedang patah hati oleh pengkhianatan. Aku pun mulai berkelana di facebook, mencari teman sebanyak-banyaknya untuk melupakan sakit hatiku ini.
Namun ada nama aku fecebook yang menarik hatiku yaitu “Muda Beda dan Berbahaya”. Seperti nama lagu dalam band Superman Is Dead, band favorit ku dulu. Mulailah aku add facebook nya dan dia pun menerima perkenalan ku. Kami pun semakin intens dalam berkenalan di facebook. Akhirnya kuketahui namanya adalah Sheto. Seorang anak muda Ponorogo yang seorang Outsiders (fans club untuk Superman Is Dead). Dia seorang yang baik dan cukup soleh dalam beribadah. Kami pun mulai bercerita satu sama lain. Terutama tentang cinta. Ternyata nasib cinta ku dengan cintanya hampir sama. Sama-sama tentang sebuah pengkhianatan. Terlebih lagi hubungan Sheto dengan pacarnya dulu tak pernah direstui oleh orang tuanya. Akhirnya Sheto memilih untuk mengalah dan mundur.
Dari cerita-cerita itulah kami pun mulai bertukar nomor handphone dan sering sms-an atau bahkan telponan. Aku merasa nyaman dengan perlakuan dan perhatian yang Sheto berikan untukku. Hatiku yang dulu hitam kini kembali berwarna dengan kehadiran Sheto. Dan Sheto juga merasakan hal yang sama sepertiku. Setelah cukup lama berkenalan kita punmemutuskan untuk memulai hubungan yang indah ini bersama.
Perjalanan cintaku dan Sheto terhalang jarak antara Ponorogo dan Purworejo. Sheto seorang yang cukup tenar di sekolahnya dan menjadi favorit wanita di sana. Keramahan dan kelihaiannya dalam bergaul membuatnya banyak disukai. Terkadang sikap pencemburu ku muncul saat Sheto mulai seperti itu. Tapi dia selalu bilang “Boleh aku di sukai banyak wanita, tapi hatiku telah memilihmu. Takkan ku khianati cinta kita ini”. Membuatku merasa di angan-angan saat itu.
Setiap tiga hari sekali pun, kami sering bertegur sapa dan menanyakan kabar masing-masing lewat telepon. Suatu malam, kita serius tentang membicarakan untuk pertemuan kita pertama kali. Ya.. begitu cintaku dengan Sheto, yang terhalang jarak sehingga selama ini kami long distance
“Ndut.. liburan besok,,aku pengen liburan ke Jogja. Maen lah kamu ke Jogja!” sapa Sheto di telepon
“Jogja??” kataku bingung
“Iya ndut! Ayolah!” paksa si jelek Sheto
“Iya dah Jelek. Jogja kan ada konser Superman Is Dead. Ketemu pas itu aja gimana?” kataku
“Sipp dah ndut!” sahut Sheto
Ya ... begitulah aku sama Sheto berhubungan. Dengan panggilan sayang Endut dan Jelek, kisah cintaku begitu sempurna bagiku saat itu. Sheto telah membawa warna baru pada hari-hariku. Dengannya aku berani mengarungi dunia lagi dengan penuh tantangan. Tawa canda telah kami rangkai bersama.
Sampai akhirnya tiba ketika saat ketemuan pertama kali, hatiku begitu deg-degan menjelang pertemuan tersebut. Sampai akhirnya tiga hari sebelum pertemuan itu, aku mengalami kecelakaan yang cukup untuk membuat ku berdiam diri di rumah saja. Beberapa jahitan terdapat di tubuhku, dan aku harus tergolek menahan sakit di rumah. Di hari naas itu, aku lupa memberitahu Sheto tentang kecelakaanku. Aku baru sadar saat tengah hari, dan langsung mencari hp ku. Terlihat 10 pesan dan beberapa missed call dari Sheto. Langsung saja aku menelpon balik Sheto karena aku tahu dia marah besar sebab aku tak memberinya kabar.
“Sheto, maaf!” sapaku ketika nada telpon tersambung
“Kamu ntu kemana aja ndut, bikin khawatir aja @&#%$%#@ !!!” ungkap Sheto marah
“Aku kecelakaan dan maaf baru kontek kamu sekarang?” kata ku pelan.
“Kecelakaan??? Gimana ceritanya? Terus keadaanmu gimana?” tanya Sheto tergesa-gesa sambil panik
Aku pun menceritakan dengan detail peristiwa kecelakaan tersebut kepada Sheto. Dia mendengarkan dengan seksama dan sangat khawatir dengan keadaanku. Di sinilah terlihat perhatian dan kedewasaan Sheto yang membuat aku semakin menyayangi dirinya. Dan tanpa sengaja Sheto pun menceritakan tentang pembatalan pertemuan kita di Yogya. Dia bercerita ada acara di forum keagamaan yang ia ikuti. Begitulah Sheto, senakal-nakalnya dia namun yang namanya ibadah ia tak pernah tinggalkan. Cukup senang juga memiliki pacar seperti dia.
***
Beberapa bulan pun telah kita lalui bersama. Semakin lama menjalin cinta dengannya semakin aku cukup tahu tentang sikapnya. Terkadang sikapnya yang terlalu baik kepada beberapa teman wanitanya mendapat respon yang kurang baik. Memang begitulah adanya, aku tak bisa mengubah apapun dalam diri Sheto. Karena aku perlahan tahu, hubungan ini tak pernah ada. Yang ada Sheto hanya bersenang-senang dengan orang lain tanpa memperdulikanku.
Puncaknya, aku menangkap sinyal-sinyal yang mengganjal antara Sheto dan salah satu teman wanitanya. Namanya Vinda, gadis kecil yang polos dan cantik. Dulunya mereka berdua hanya berteman gara-gara acara keagaamaan yang mereka ikuti dan menjadi dekat. Atau bisa dibilang sangat dekat. Awalnya aku percaya sama mereka berdua, namun lama-lama semua itu tergerus oleh aroma pengkhianatan.
Waktu itu mungkin tak tepat sebab bertepatan dengan Ujian Nasional. Di tambah lagi, Sheto juga harus masuk asram di sekolahnya untuk menghadapi Ujian Nasional. Aku pun menahan emosiku yang meledak-ledak demi kepentingan bersama.
“Gimana Beb ujiannya? Lancar dan sukses kan seminggu ini?” sapaku lewat telpon ketika telah selesai ujian.
“Lancar kok Beb. Maklum lah dapet bisikan sana-sini” kata Sheto renyah
Aku pun di seberang hanya tersenyum simpul, melihat kenakalan Sheto yang memang untuk kebaikan. Kita pun mulai menukar cerita tentang ujian dan segala hal yang masih terpendam. Termasuk tentang Vinda. Aku mendengar penjelasan Sheto dengan seksama dan menerima alasan dia. Akhirnya pertengkaran yang hebat bisa dihindari.
***
Satu bulan setelah pengumuman ujian, aku dan Sheto pun sibuk mencari universitas untuk pendidikan kita selanjutnya. Aku berharap Sheto mau kuliah di Joga, namun takdir berkata lain. Sheto lebih memilih menjaga ibunya di Ponorogo dan aku memulai hidup baruku di kota Jogja. Aku pun menghargai keputusan Sheto.
Pukulan yang bertubi-tubi pula menghampiriku saat itu. Dimulai dari kakek yang telah pergi ke Surga ditambah lagi aku melihat kebohongan antara Sheto dan Vinda. Dengan tegas pun aku segera menyelesaikan ini semua
“Maksud kamu itu apa? Kamu kemana di hari ini?” tanyaku marah
“Aku di rumah aja kok, emang napa beb?” balas Sheto halus
“Gag usah muna dech Shet, kamu ketemuan sama Vinda kan, tapi kamu bohong sama aku, kenapa gag bilang?” kataku semakin marah
“Akuuu..a..kuuu” jawab Sheto terbata-bata
“Kamu gag bisa jawab kan! Berarti itu benar adanya!” kataku mengambil kesimpulan.
Sheto pun hanya diam saja. Mungkin Sheto merasa telah bersalah dan mengkhianati cinta kita. Kita pun lost contact beberapa hari, sampai akhirnya Sheto menjelaskan semuanya tentang Vinda. Sheto pun mengakui sempat mencintai Vinda dan berharap bisa memiliki Vinda. Namun ternyata orang tua Vinda tidak setuju, sampai akhirnya mereka berhubungan yang malah mengecewakan hatiku.
Saat itu Vinda pun ikut minta maaf dan mengakui kesalahannya. Karena telah membiarkan cintanya makin tumbuh besar tanpa sanggup menahannya. Aku pun hanya terduduk lemas mendengar pengkhianatan dari dua orang yang cukup aku percaya. Sempat aku menghilang dari mereka beberapa hari. Menenangkan diri dan kembali menata hidup.
Akhirnya aku memutuskan Sheto secara sepihak. Tak mungkin juga diteruskan hubungan yang jarak jauh ini. Karena kita sama-sama tak mau mengalah. Apa mau dikata, hubungan itu pun berakhir sampai di sini
***
Semenjak putus dari Sheto, aku pun perlahan menata hidupku. Menyibukkan diri dengan awal dunia kampus. Kenangan tentang Sheto pun sempat menghilang dari ingatan ku
Namun yang namanya manatan tetaplah mantan. Sekalipun mereka pernah berbuat jahat sama kita, seenggaknya kita juga sadar kalau mereka juga pernah menjadi salah satu bagian hidup kita. Sempat menjadi sesuatu yang kita sayang juga.
Begitu pula dengan Sheto, dia ternyata masih juga mengingatku. Sheto pun menceritakan perjalanan cintanya semenjak ditinggal aku. Aku pun merelakan Sheto berkeliaran dari wanita satu ke wanita lain. Sebagai teman yang baik, aku pun hanya bisa memperingatkan Sheto agar selalu berhati-hati. Dan bersikap sopan. Aku dan Sheto pun lebih nyaman sebagai seorang teman.
Aku dan Sheto pun masih berhubungan baik sampai sekarang. Tepatnya sampai sebelum pacar barunya yang cukup protektif dengannya. Sampai aku kehilangan Sheto buat selamanya. Hanya doa yang bisa kupanjatkan agar dia selalu bahagia dan membahagiakan banyak orang. AMIN

Komentar

Postingan Populer